Dalam
pertemuan pasti ada perpisahan, merelakan yang pernah tinggal, mengiklaskan
yang pernah menetap, dan merelakan yang pernah mengisi setiap tawa dalam
kehidupan. Walaupun terkadang berat untuk melepaskannya, tetapi jika memang itu
yang sudah menjadi takdir apa yang bisa kita buat. Dalam episode sebelumnya
kita belajar bangaimana memilih dan sekarang kita akan belajar bagaimana
merelakan. Mimilih 2 pilihan yang sangat penting dan menjadi prioritas memang
sulit, dan pasti akan ada salah satu yang kita tinggalkan. Pada saat itu juga
akan ada perpisahan yang teramat sangat berat kita melepasnya. Setiap
perpisahan juga pasti akan ada air mata yang menetes deras, kesedihan yang
brlarut-larut menemani sepinya malam, kenangan-kenangan selama bersama
menguasai pikiran yang membuat kita goyah, rapuh, jatuh, terpuruk, dan terdiam.
Kekecewaan pasti ada, kenapa harus ada pertemuan jika akhirnya hanya berpisah,
kenapa harus ada tawa jika akhirnya menangis.
Tuhan
sudah menakdirkan itu semua, dunia
diciptakan berpasang-pasang dan kita tak bisa menolak itu semua. Itu sudah
menjadi takdir alam, yang harus kita sadari adalah bagaiman kita menerima
setiap keputusan yang telah terjadi. Masa lalu ada untuk pembelajaran sekarang
dan kebaikan masa depan. Terlalu memikirkan masa lalu, waktu yang terlewat
hanya membuat kita semakin cemas dan
memikirkan masa depan membuat kita khawatir. Khawatir akan ketakutan-ketakutan
yang akan terjadi, jika mengulang masalah itu lagi. Melakukan yang terbaik hari
ini adalah langkah pasti, hasil di hari esok adalah jawaban dari keputusan yang
kita ambil saat ini. Meratapi masa lalu hanya membuat kita semakin takut untuk
melangkah, takut mengambil keputusan, takut melakukan hal-hal yang itu mungkit
terbaik untuk kita. Masa lalu adalah bentuk pembelajaran, membentuk diri kita lebih
baik dan lebih baik lagi.
Kegundahan
Raihan tentang pilihan yang akan diambilnya kembali menguasai dan menghantui
pikirannya. Antara ingin menetap atau pergi, karena jika memilih salah satu
pasti akan ada yang ditinggalkannya. Pikirannya goyah tak karuan, mengulang
masa-masa yang pernah dijalani dengan kekasihnya. Mengingat waktu-waktu
kebahagian yang pernah terjadi, apakah ini adalah akhir dari ceritanya. Tetapi,
Raihan bingung, raihan sedih, raihan kesepian. Walaupun ada kenyaman yang
pernah ada dalam dirinya namun kenyamanan itu hilang. Keresahan-keresahan yang
sudah lama dipendamnya dalam menjaga hati yang tak mau ia lukai. Ternyata
Raihan membuat hatinya rapuh, melukai hatinya sendiri dengan perlahan. Dia
terlalu menyembunyikan kitidaknyamanannya karena ingin menjaga hati kekasihnya.
Ketidaknyaman yang dipendam tertalu dalam menumpuk hingga rasa sayang hilang
begitu saja.
Suatu
ketika Raihan menghubungi salah satu teman dekatnya untuk menetapkan pilihan
mana yang akan diambil. Teman dekatnya waktu SMA bernama Eric (nama samaran).
Larut malam pukul 00.00 dengan spontan Raihan menghubungi Eric. Dengan sapaan
akrab yang selalu dia ucapkan “gimana kabarnya er ?” melalui via wa.
“baik han, kamu gimana kabarnya ?”
balas erik“.
“Aku sedang dalam kondisi, tidak
baik-baik saja er, aku pengen cerita”. Balas raihan dengan emot senyum.
“Ada masalah apa ?” balas erik.
“Aku bingung er, sekarang
lagi-lagi aku dihadapkan pilihan yang sulit, hati yang lama tak mendapatkan
sapaan, berlarut-larut mengalami kesepian, kembali disapa oleh seseorang” balas
Raihan.
“Ada masalah apa dengan yang
sebelumnya ?” balas erik.
“Sebenarnya ndak ada masalah,
tetapi aku terpeleset lagi dibuat nyaman oleh seseorang yang itu menerimaku
dengan tulus tanpa melihatku itu siapa, dan yang membuatku semakin yakin dia
mengakumiku, yang sebelumnya belum pernah kualami” balas Raihan.
“Coba kamu renungkan lagi dengan
yang sebelumnya, seberapa besar pengorbanan yang pernah kamu lakukan, ingat lagi
masa-masa kalian bersama”. Balas erik.
“Iya aku ingat, seberapa lama aku
berjuang untuknya, menunggu jawaban darinya, bersama-sama dengannya, entah
kenapa masa lalu itu tak begitu berarti. Rasa yang pernah ada hilang begitu
saja” balas Raihan.
“Jika memang rasa itu sudah
hilang, cobalah ajak bertemu. Cari titik dan temukan rasa nyaman itu lagi,
mungkin itu akan sedikit memberimu gambaran keputusan apa yang akan kamu ambil”
balas erik.
“Oke siap, aku akan mencobanya”. Balas
Raihan.
Komunikasi
berakhir dan membuat Raihan mempertimbangkan keputusan apa yang akan diambilnya
antar menetap atau tetap pergi. Dengan kondisi yang teramat sangat lelah Raihan
terbaring pulas di tempat tidurnya karena telah beraktifitas seharian. Ketika
bangun di pagi harinya, pikirannya kembali dikuasai dengan pilihan-pilhan itu.
Raihan merasa bahwa dia bukan laki-laki baik, dia telah menghianati hati yang
telah kekasihnya jaga untuknya. Dia telah menghianati orang yang paling
disayang kedua setelah keluarganya. Dengan perasaan itu dia merasa tak layak
lagi untuk terus mempertahankan hubungannya.
Pada
hari itu juga dia langsung terpikirkan untuk mengakhiri hubungannya, tanpa
sebab dan tanpa alasan yang jelas. Dengan sepontan dia langsung menghubungi
kekasihnya lagi-lagi lewat via Wa yang kebanyakan digunakan oleh semua orang.
Tanpa pikir panjang dengan kemantapan hati yang kuat Raihan langsung
menghubungi kekasihnya dan memberi pesan bahwa Raihan bukan laki-laki yang
pantas untuk menjadi kekasihnya. Dia sangat jahat telah menghianati hati yang
kekasihnya jaga untuk Raihan. Dia bukan laki-laki yang mampu membahagiakan
kekasihnya lagi. Pesan singkat itu dikirimkan tanpa ragu. Jawaban kaget dan
syok dikirimkan oleh kekasihnya dan Raihan takut membuka pesan balasan karena
pasti akan ada penolakan akan hal itu. Berkali-kali telepon berdering dari
hpnya, tetapi Raihan tetap teguh untuk mempertahankan pilihannya dan berusaha
untuk tenang dan seolah tak terjadi apa-apa.
Hingga
waktu berlalu sampai malam, ketika sampai di rumah Raihan memberanikan diri
untuk membuka pesan yang dia kirimkan kepada kekasihnya. Balasan apa yang akan
dia terima dangan pilihan yang dia ambil. Dan ternyata memang benar penolakan
keputusan Raihan disampaikan oleh kekasihnya. Dia ingin mempertahankan hubungan
yang telah lama dijalinnya, waktu yang tak sebentar menjadi dasar untuk
mempertahankan hubungan, masa-masa indah yang pernah terjadi kembali teringat.
Dan Raihan masih tetap teguh dengan pilihannya, dia bukan laki-laki yang baik,
bukan laki-laki yang pantas, bukan laki laki yang mampu menjaga hati
kekasihnya. Dengan balasan yang mungkin berat
diterima kekasihnya. Akhirnya balasan mengiklaskan dikirimkan kepada
Raihan. Kucuran air mata menetes deras diantara keduanya.
Obrolanpun
singkat via Wa berakhir dan keduanya tertidur di kamar masing-masing dengan rasa kecewa berat yang tak mampu diterima kekasihnya.
Bersambung
. . .
No comments:
Post a Comment